Logo guru penggerak Indonesia |
Ditulis Oleh : Budi Idris S.Pd
Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Kotapinang
Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan
Salam guru penggerak Indonesia
Tanpa terasa Pendidikan
Guru Penggerak yang saya ikuti sudah berjalan setengah dari total kegiatan
belajar yang akan di ikuti, kali ini materi pendidikan yang dilakukan dalam
lanjutan pendidikan guru penggerak sudah memasuki Coaching untuk Supervisi
Pendidikan.
Coaching sendiri secara sederhana memiliki makna coaching diartikan
sebagai kegiatan yang melibatkan orang yang berpengalaman (coach)
membantu orang yang belajar (coachee) dalam mengembangkan keterampilan dan
kepribadiannya untuk meraih kesuksesan. Kemudian menurut International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai
kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk
menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional
coachee
Secara sederhana coaching membantu guru untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan yang dihadapi rekan sejawat, peserta didik dan warga
sekolah lainnya. Coaching sendiri menurut saya pribadi menjadi solusi untuk
memajukan pendidikan di negeri ini.
Begitu banyak persoalan yang dihadapi guru dan
siswa dalam proses pendidikan sehingga selaku calon guru penggerak yang
nantinya menjadi garda terdepan menggerakkan pendidikan menuju arah yang lebih
baik, keterampilan coaching harus di kuasai guru penggerak sehingga tujuan guru
penggerak akan tercapai.
Pelatihan coaching dalam pendidikan guru
penggerak yang saat ini yang saya lakukan memberikan pengalaman baru sekaligus
memberikan tambahan pengetahuan saya bagaimana membantu rekan sejawat dengan
keterampilan kita bertanya dan mengekplorasi kemampuan orang yang sedang
melakukan coaching kepada kita sehingga persoalan teratasi hanya dengan
berdialog dan bercerita.
Kedepannya setelah pembelajaran coaching ini saya
akan terus meningkatkan keterampilan coaching saya dengan terus belajar
bagaimana memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bermanfaat dan mendukung
keterampilan coaching di saat saya menjadi coach.
Untuk lebih memahami proses coaching penting kita
untuk mengetahui hal-hal mendasar dalam kegiatan coaching yang akan kita
lakukan.
Paradigma Berpikir Coaching
Dalam kegiatan coaching agar berhasil dan tujuan
coaching tercapai kita harus memahami 4 hal sebagai paradigma berpikir yaitu
1. Fokus pada coachee/rekan
yang akan dikembangkan
Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau
rekan sejawat yang akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan
kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang
kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam
percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan
tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka.
2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah:
a) berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain;
b) mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional;
c) tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu.
Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. Jika ada penghakiman atau asumsi yang muncul di pikiran kita atas jawaban rekan kita, maka kita mengubah pikiran tersebut dalam bentuk pertanyaan untuk mengonfirmasi penghakiman atau asumsi itu secara hati-hati.
3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
Paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah
memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk
bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan
sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan
mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita.
4. Mampu melihat peluang baru dan
masa depan
Paradigma berpikir coaching yang
keempat adalah mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu
melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat
masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa
depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa
depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada
solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita
menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.
Agar rekan sejawat kita bisa melihat peluang baru dan
fokus pada masa depan, kita dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada mereka:
a)
Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan situasi Bapak/Ibu saat
ini, lantas situasi ideal apa yang Bapak/Ibu inginkan di masa depan?
b)
Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan tantangan/masalah yang
Bapak/Ibu hadapi saat ini, lantas idealnya situasinya seperti apa?
c)
Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk dapat
mewujudkan situasi ideal tersebut?
d)
Ada peluang apa saja yang dimiliki?
e)
Apa yang perlu dilakukan untuk dapat memiliki
peluang-peluang baru?
Prinsip Coaching
1. Kemitraan
Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan.
Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara,
tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah
sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan
rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu
coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa
berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar
bagi coachee.
Kemitraan
ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan
kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara
keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri
kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih
senior, dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa
rendah hati pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang
lebih muda, lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari
kita.
Kemitraan
dalam mengembangkan rekan sejawat, juga ditunjukkan dengan cara mengedepankan
tujuan rekan yang akan kita kembangkan. Tujuan pengembangan ditetapkan oleh
rekan yang yang akan dikembangkan, bukan oleh kita, yang akan membantu
pengembangan tersebut. Mengapa? Dengan demikian, harapannya rekan yang kita
kembangkan akan lebih merasa termotivasi dan berkomitmen dalam prosesnya.
Pertanyaan
yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk membangun
kemitraan ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang ingin Bapak/Ibu
kembangkan dalam enam bulan ke depan?
2. Apa yang ingin Bapak/Ibu
capai di akhir semester/tahun pelajaran ini?
3. Di antara standar proses
pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang menurut Bapak/Ibu paling perlu
Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?
2.
Proses
Kreatif
prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini
dilakukan melalui percakapan, yang:
a)
dua arah
b)
memicu proses berpikir coachee
c)
memetakan dan menggali situasi coachee untuk
menghasilkan ide-ide baru
Pada saat kita menggunakan prinsip coaching dalam
mengembangkan kompetensi diri rekan sejawat, maka percakapan yang berlangsung
adalah dua arah. Yang kita lakukan adalah mendengarkan rekan kita dan kemudian
melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan kita untuk lebih memahami situasi
dirinya, situasi ideal yang dia inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa
dia dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang dia inginkan.
Prinsip ini dapat membantu seseorang untuk menjadi
otonom karena dalam prosesnya orang yang dikembangkan perlu untuk berpikir ke
dalam dirinya untuk mendapat kesadaran diri akan situasinya dan kemudian
menemukan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengembangkan
kompetensi dirinya.
3.
Maksimalkan Potensi
Prinsip coaching yang ketiga adalah
memaksimalkan potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan
sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang
diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan
paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup
dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.
Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada
rekan sejawat kita untuk bergerak maju adalah sebagai berikut:
o
Jadi apa yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah sesi ini
dari alternatif-alternatif tadi?
o
Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya?
o
Bagaimana Bapak/Ibu memastikan ini bisa berjalan?
o
Siapa yang perlu dimintai dukungan?
Demikianlah tadi
bagaimana dan apa itu proses coaching yang dilakukan guru dilingkungan sekolah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya sebagai guru di SMA Negeri 2 Kotapinang
dan bermanfaat bagi para pembaca tulisan ini, amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar