BUDI IDRIS S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara
Pada
kesempatan ini, saya Budi Idris, S.Pd, Calon Guru Penggerak dari SMA Negeri 2 Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara akan menulis satu tulisan
mengenai jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki
Hadjar Dewantara. Jurnal refleksi dwimingguan adalah sebuah tulisan tentang
refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan (upgrading skill)
yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan. Jurnal dwi mingguan merupakan
salah satu tugas yang harus dibuat oleh setiap calon guru penggerak. Dan ini
sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh para CGP (Calon Guru
Penggerak) untuk membuatnya.
Jadi, kali ini
saya akan menulis mengenai refleksi saya mengenai kegiatan-kegiatan pelatihan
yang sudah kami lalui, khususnya pada modul 1.1 Tentang Filosofi Pemikiran Ki
Hajar Dewantara. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya menggunakan model 1
yaitu model 4F (1. Fact; 2. Feeling; 3. Findings; dan 4. Future), yang
diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P (1.
Peristiwa; 2. Perasaan; 3. Pembelajaran; dan 4. Penerapan.
1. Facts
(Peristiwa)
Pada tanggal 25 Mei 2022 CGP Angkatan 5 resmi dibuka
oleh Kemendikbudristek yaitu Bapak Nadiem Makarim,B.A.,M.B.A. dan Dirjen GTK
melalui zoom yang diikuti CGP Angkatan 5 se Indonesia. Pembukaan juga diisi
oleh Kepala Balai Guru Penggerak. Beliau menyampaikan bahwa selama mengikuti
diklat guru penggerak diharap para CGP jangan sampai berhenti di tengah jalan
karena Bapak/Ibu adalah guru-guru pilihan. Jangan dijadikan alasan karena
kendala-kendala yang dapat menghambat proses belajar. Setelah kegiatan zoom
meeting seluruh CGP Angkatan 5 wajib mengikuti kegiatan-kegiatan serta
pelatihan-pelatihan yang ada di LMS mulai dari mempelajari modul 1.1. tentang
Mulai Dari Diri dan Eksplorasi Konsep di forum diskusi yang dipimpin oleh
fasilitator. Kemudian ada ruang kolaborasi, di mana setiap CGP berkolaborasi
bersama kelompoknya masing-masing.
Pada
hari yang sama, tanggal 25 Mei 2022 diadakan Lokakarya orientasi secara luring
dari pukul 08.00 s.d 17.00 WIB. Saat lokakarya orientasi saya mendapatkan
banyak ilmu dan pengalaman tentang pendidikan guru penggerak.Dalam kegiatan ini
diundang juga pengawas dan Kepala sekolah tempat CGP mengajar. Dengan
diikutsertakannya Kepala Sekolah dalam lokakarya tersebut alangkah bahagianya
hati saya karena Beliau mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang perjalanan
Pendidikan Guru Penggerak sehingga diharapkan dapat memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada saya sehingga saya dapat melaksanakan Pendidikan
Guru Penggerak ini dengan baik.
Dalam moment ini,
kami fokus menggali dan memperluas wawasan kami tentang mengenali siapa saya,
apa yang belum dan sudah ada pada diri saya serta mengerjakan 5 LK dan
mendiskusikannya untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam.
Dengan bimbingan bapak Pengajar Praktik, saya merasa
lokakarya orientasi ini menjadi sangat menyenangkan sehingga waktu yang cukup
lama tersebut menjadi tidak terasa. Kegiatan dimulai dengan membuat kesepakatan
kelas, kemudian menulis harapan dan tantangan menjadi CGP dikertas post-it,
setelah itu menempel dikertas plano . Beliau juga meminta kami membuat google
site sebagai wadah guru penggerak yang nantinya siap berbagi praktik baik bagi
guru-guru yang lain.
Kurang
lebih selama dua minggu, mulai 25 Mei sampai 4 Juni 2022 kami belajar mandiri
mulai dari diri sendiri merefleksi pemikiran KHD melalui LMS yang dirancang
dengan sangat bersahabat, sehingga para CGP tidak susah untuk mengeksplore
fitur-fitur yang ada di dalam LMS itu sendiri. Kegiatan demi kegiatan
dilaksanakan hingga kami melakukan kegiatan eksplorasi konsep bediskusi bersama
fasilitator dan CGP lainnya mengenai filosofi KHD. Setelah itu, ruang
kolaborasi saya bersama teman-teman saling sharing dan berdiskusi mengenai
filosfi KHD dan penerapannya di sekolah. Kemudian kami diharuskan membuat karya
berupa demonstrasi konstektual.
Terakhir mengiktui
kegiatan elaborasi pemahaman bersama instruktur pada tanggal 30 Mei 2022. Di
sana banyak ilmu dan pengalaman yang disampaikan instruktur dan teman-teman CGP
lainnya. Instruktur memberikan asupan ilmu tentang pemahaman yang sangat
mendalam mengenai konsep Filosofi KHD dan penerapannya pada konteks lokal
sosial budaya.
Berdiskusi dan terus belajar sehingga kami ditugaskan
untuk membuat modul itu dalam bentuk grafik, infografis, blogspot, video, dll
berupa modul koneksi antar materi, kesimpulan dan refleksi pemikiran Ki Hajar
dewantara. Dan saya memilih membuat blog.
2. Feelings
(Perasaan)
Selama kurang lebih dua minggu menjadi CGP, banyak
sekali hal yang dirasakan, sedih, senang, down, bahagia, semua bercampur aduk
dengan keinginan dan tekad yang kuat untuk dapat menyelesaikan Program Guru
Penggerak ini. Keseluruhan perasaan tersebut saya ibaratkan juga dengan apa yang
dialami oleh murid-murid saya.
Perasaan
senang karena saya bisa mendapatkan Banyak ilmu Pengetahuan dan pengalaman
tentang filosofi KHD, bagaimana menjadi guru yang seharusnya, bagaimana
memerdekakan anak, upaya apa yang harus dilakukan, dan banyak hal lainnya.
Keseluruhan rangkaian yang ada di dalam LMS membuat saya merasakan bahwa apa
yang saya miliki tentang Pendidikan sangat jauh dari yang diharapkan dengan
tujuan Ki Hajar Dewantara.
Betapa harus
dicontohnya sosok Ki Hajar Dewantara yang mengatakan bahwa kita harus memanusiakan
manusia, sehingga murid dapat mencapai kodrat alam, namun juga tetap selalu
membuka mata untuk setiap hal positif di luaran sana (kodrat zaman) sehingga
anak didik kita dapat merasakan kebahagiaan dan keselamatan sejati.
Saat
menerapkan filosofi KHD di dalam pembelajaran saya merasa senang karena ada hal
yang berubah menjadi lebih baik pada diri murid-murid saya. Misalnya dahulu
saya banyak melakukan pembelajaran konvensional. Sekarang lebih berpusat pada
siswa. Siswa merasa senang karena kebutuhan belajarnya terpenuhi. Semangat
siswa untuk bersekolah semakin meningkat. Saya juga merasa bangga karena saya
bisa menjadi bagian dari guru-guru hebat di seluruh Indonesia. Sehingga banyak
hal yang didapat dari materi ini.
3. Findings
(Pembelajaran)
Dalam pembelajaran ini saya menemukan hal-hal yang
kurang saya pahami sebelumnya yaitu tentang filosofis Ki Hajar Dewantara. Saya
mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat saya perlukan untuk meningkatkan kompetensi
saya sebagai seorang pendidik. Melalui 6 Dasar pemikiran ki hajar Dewantara
saya merasa mendapat bekal yang tidak ternilai harganya.
Pengalaman
berharga ini didapat ketika mendapatkan ilmu tentang filosofi pendidikan KHD
dan saat berdiskusi dengan rekan CGP serta fasilitator dan instruktur. Banyak
hal yang didapat untuk saya terapkan dalam pembelajaran di kelas saya.
Pengalaman yang berharga yaitu mendapatkan imu tentang filosofi pendidikan Ki
Hadjar Dewantara. Pemikiran KHD tersebut menyatakan bahwa tugas saya sebagai
seorang pendidik adalah guru disini adalah menuntun anak pada kodratnya
sehingga anak dapat hidup secara mandiri di masyarakat dengan mengacu pada
trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso dan tut
wuri handayani. Pendidikan harus didasarkan pada kodrat alam dan kodrat zaman.
Bahwa anak memiliki kodrat merdeka, merdeka batin adalah pendidikan sedangkan
merdeka lahir adalah pengajaran. Dua hal yang saling bergantug satu sama lain.
Oleh karena itu saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan kreatifitasnya
sebab manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya tidak tergantung pada orang
lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri.
Tidak hanya
itu, sebagai pendidik saya harus senantiasa menuntun kepada anak atau dengan
kata lain berpihak pada mereka. Saya juga harus memandang murid bukanlah kertas
yang bisa digambar sesuai kemauan saya, karena mereka lahir dengan kodrat yang
samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat
memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan
pendidikan yang sebenarnya.
Menerapkan
budi pekerti yang luhur atau akhlak mulia merupakan keharusan yang tidak
terbantahkan dengan cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan
pencapaian profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis dan kreatif.
Ketika
berdiskusi dengan fasilitator, instruktur, dan rekan CGP yang lain banyak
sharing pengalaman dalam penyelesaian tantagan dalam penerapan filosofi KHD ini
di sekolah.
4. Future
(Penerapan)
Saya akan merealisasikan hal terbaik dalam proses
pembelajaran saya dikelas, agar tujuan pendidikan bisa tercapai dengan baik.
Banyak hal yang akan saya benahi, karena saya sadar selama ini yang saya
lakukan jauh dari kata sempurna jika dikaitkan dengan filosofis pemikiran Ki
Hajar Dewantara.
Filosofi
pendidikan KHD yang didapatkan selama 2 minggu ini akan saya laksanakan dalam
proses pembelajaran. Saya akan merancang pembelajaran yang berpusat pada murid,
agar tercipta interaktif yang menyenangkan didalam kelas.
Saya
akan merancang pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Memberi
kebebasan kepada anak-anak untuk menggali potensi yang dimilikinya harus
terjadi dalam proses pembelajaran agar mereka menemukan jati dirinya sehingga
menjadi manusia seutuhnya.
Saya akan menjadi guru yang bisa menuntun kodrat siswa dan menjadi teladan
bagi mereka. Merasa egois kepada peserta didik bukan lagi hal yang perlu
dipertahankan tetapi kita harus merubahnya dengan menuntun peserta didik agar
kodrat alam yang dimilikinya sejak lahir bisa berkembang kearah yang lebih baik
dan kodrat zaman dimana mereka hidup saat ini bisa mereka dapatkan sehingga
akan mempermudah mereka dalam mengatasi persoalan hidupnya dimasa kini ataupun
masa yang akan datang. Pendidikan disesuaikan dengan kodrat zaman bahwasanya
anak sekarang hidup di era digital, sehingga guru harus mengembangkan keterampilan
abad 21 untuk menghadapi tantangan zaman ini. Keterampilan abad 21 dapat
dilaksanakan dengan pembelajaran menggunakan proyektor dan menggunakan
teknologi komunikasi, serta menuntun siswa untuk aktif mengkonstruk ilmunya
sendiri. Tugas guru di sini hanyalah menuntun siswa. Selain itu siswa juga
memiliki karakteristik, potensi, minat dan baka yang berbeda sesuai dengan
kodrat alam. Oleh karena itu pembelajaran harus memfasilitasi perbedaan siswa
tersebut. Guru harus mengetahui gaya belajar siswa sehingga bisa menerapkan
pembelajaran berdeferensiasi. Pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
disesuaikan dengan gaya belajar. Hal yang akan saya lakukan untuk
memfasilitasinya yaitu dengan menggunakan berbagai macam media pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar