Gambar Ki Hajar Dewantara sumber Guru Berbagi |
Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (Modul 1.1)
Pendidikan
salah satu cara untuk memperbaiki taraf hidup dan pembangunan suatu bangsa. Semakin
baik pendidikan bangsa tersebut maka semakin baik pula keadaan masyarakatnya. Bicara
tentang pendidikan terkhusus di Indonesia maka kita tidak akan pernah terlepas
dari sosok Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Begitu banyak pemikiran-pemikiran
Ki Hajar Dewantara yang bisa di jadikan rujukan bagi insan pendidik dalam
melakukan praktek-praktek pendidikan yang langsung berkomunikasi dengan peserta
didik. Guru menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan semakin baik kualitas
guru maka semakin baik pula kualitas para peserta didik.
Sebagai seorang pendidik kita akan sangat familiar dengan
pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia yang kita kenal dengan nama Kihajar
Dewantara, pemikiran beliau yang paling sering kita dengar yaitu ing ngarso
sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani artinya di depan
menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, di tengah mampu
membangkitkan dan mengubah semangat dan di belakang mampu memberikan dorongan.
Menjadi
guru suatu pekerjaan yang mulia dimana akan ada kepuasan tersendiri di saat
kita mampu mengajar anak didik dan ikut mendampingi perjalanan kesuksesan
mereka. Metode dan sudut pandang mengajar selama ini sangat mempengaruhi
keberhasilan murid untuk mencapai cita-citanya.
Dalam kesempatan
ini saya selaku guru yang sedang mengikuti pendidikan guru penggerak begitu
antusias mengikuti program pemerintah untuk memperbaiki pendidikan di
Indonesia. Dalam kegiatan yang saya ikuti memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara
dalam pendidikan menjadi hal yang utama.
Setelah
membaca modul tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara serta melakukan refleksi
diri begitu banyak hal baru yang saya dapatkan. Sebelum mempelajari filosofis
pendidikan Ki Hajar Dewantara ternyata begitu banyak penilaian saya yang salah
terhadap anak murid, mempelajari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dan
melakukan refleksi diri memunculkan kesadaran saya terhadap dunia pendidikan
yang sebenarnya, akhirnya penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi hal
penting yang harus dilakukan.
Apa yang Saya percaya tentang murid dan pembelajaran
di kelas sebelum Saya mempelajari Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara ?
Selama
ini saya pribadi merasa belum sepenuhnya bisa melakukan apa yang menjadi
pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara, Kesabaran yang masih kurang terkadang
menjadikan saya sebagai guru begitu arogan dengan memaksa anak didik duduk
tertib dan diam saat mengikuti pelajaran yang saya lakukan. Murid layaknya seperti
robot yang terus melakukan sesuatu dengan di perintah sehingga kemerdekaan
pikiran dari para peserta didik sangat terjajah sekali.
Mengejar
tuntutan kurikulum memaksa saya untuk menerapkan berbagai metode pelajaran yang
saya dapat dengan tujuan akhir apa yang di kehendaki kurikulum bisa tercapai dan
diakhir semester seluruh materi tersampaikan walaupun terkadang mengabaikan nilai-nilai
kemanusiaan.
Dalam pemikiran saya tujuan setiap peserta didik adalah
mencapai prestasi, pekerjaan utama sebagai guru adalah membimbing murid-murid hingga
mencapai prestasi akademik yang membanggakan. Pada akhirnya nilai-nilai
kemanusiaan tertinggi terabaikan akibat paradigma saya sebagai guru yang salah
selama ini.
Begitu juga peran saya sebagai guru sangat terbatas sebagai
guru saya hanya fokus mengajar dan mengabaikan fungsi guru sebagai pendidik.
Apa yang
berubah dari pemikiran atau perilaku Saya setelah mempelajari Filosofis
Pemikiran Ki Hajar Dewantara?
filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara di sekolah, yaitu: “Menuntun anak menemukan segala kodrat yang
ada dalam diri anak sesuai kodrat alam dan kodrat zaman untuk mencapai
kebahagiaan dan keselamatan sebesar-besarnya sebagai individu dan anggota
masyarakat yang berbudi pekerti dan bertanggung jawab.” Dalam
pemikiran ini mewujudkan “Merdeka Belajar” menjadi suatu
kewajiban, secara pribadi saya tergerak untuk lebih memahami fungsi seorang
guru bukan hanya sekedar mengajar tapi harus mampu menjadi pendidik.
Anak tumbuh sudah memiliki ciri khas masing-masing dan
karakter yang menjadi karunia dari Tuhan, sebagai pendidik kita harus mampu
menjaga dan menuntun karakter yang baik pada anak dan perlahan lahan menghapus
karakter tidak baik dengan lebih mengedepankan dan menguatkan setiap karakter
positif dari anak.
Pemikiran
Kihajar Dewantara dalam dunia pendidikan sangat relevan dari zaman dahulu
sampai saat ini, pendidikan harus mampu memberikan kebebasan yang bertanggung
jawab kepada anak didik sehingga anak didik berkembang dengan semestinya, dalam
pemikiran ki hajar dewantara beliau mengatakan guru ibarat seorang petani yang
menyemai benih, bagaimanapun benih yang diberikan jika di rawat dengan baik
akan memberikan hasil yang baik pula. Begitu juga guru tidak boleh
membeda-bedakan peserta didik dengan memberikan kategori pintar dan bodoh.
Seorang guru harus memberikan pelayanan dan pendampingan terbaik untuk menuntun
anak didik meraih cita-citanya.
Guru yang di ibaratkan seperti petani yang menyemai benih
tanaman, seorang petani jika ingin menanam bibit jagung maka akan tumbuh jagung
dan tidak akan pernah tumbuh menjadi padi. Begitu juga seorang guru tidak akan
bisa mengubah kodrat anak namun guru bisa merubah perilaku anak. Tingkah laku
anak menjadi hal yang bisa di rubah oleh guru. Menguatkan karakter baik akan
menenggelamkan karakter buruk pada anak.
Ketika berefleksi mengenai pemikiran filosofis
pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwasanya tujuan pendidikan membawa keselamatan
dan kebahagiaan anak di atas nilai akademik/kognitif. Saya berpikir lebih
mendalam dan coba mencari cara-cara bagaimana sekiranya perilaku pelajar
Indonesia bisa kembali diingatkan pada anak-anak dengan pendekatan yang humanis
bukan dengan pendekatan memberikan rasa takut kepada anak.
Pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara selanjutnya
yang begitu luar biasa dimana seorang “Guru
wajib menghamba pada anak” seorang guru
atau pendidik dalam rangka menuntun anak mencapai kodratnya sesuai dengan
kodrat alam potensi dan bakat sesuai dengan kodrat zaman (perkembangan/kemajuan
zaman), ketulusan melayani dan menghargai anak sebagai manusia yang memiliki
nilai harkat dan martabat yang di ciptakan oleh Tuhan. Jangan pernah kita
terjebak dengan melihat anak dari tingkah lakunya yang sedang di luar hal yang
lazim seperti yang kita harapkan. Refleksi
diri mencari cara humanis untuk membangun kesadaran dan tuntunan humanis tanpa paksaan
dan ancaman agar murid-murid memiliki sopan santun memiliki kepribadian yang
baik lingkup sekolah dan pada akhirnya bisa di terapkan saat terjun di tengah-tengah masyarakat.
Guru harus mampu menjadi pemeran dalam setiap posisi yang di
berikan meneladani pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sering kita dengar yaitu ing
ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani artinya di
depan menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, di tengah
mampu membangkitkan dan mengubah semangat dan di belakang mampu memberikan
dorongan, begitulah posisi hebat seorang guru di lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Apa yang dapat segera Saya terapkan lebih baik agar
kelas Saya, mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ?
Dari
pemikiran filosofis kihajar dewantara kita dapat memaknai pendidikan pada
dasarnya harus mampu memberikan ilmu pengetahuan sekaligus mampu membangun
karakter anak didik, menjadi guru tidak hanya sekedar menjadi pengajar tapi
harus mampu sebagai pendidik. Pengajar hanya berfokus memberikan ilmu
pengetahuan sedangkan pendidik selain memberikan ilmu pengetahuan juga berperan
memberikan bimbingan bagaimana penguatan karakter anak didik yang pada
puncaknya menjadikan anak didik menjadi orang baik.
Begitu
banyak hal baru yang akan saya terapkan setelah mempelajari filosofis
pendidikan Ki Hajar Dewantara diantaranya.
1. Mengakrabkan diri dengan anak
Kedekatan yang di bangun antara guru dan murid akan memunculkan ikatan emosional yang luar biasa nantinya, setelah anak didik lulus dan berada di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai profesi yang mereka geluti, guru yang membimbing mereka akan terus di ingat dan akan menjadi keluarga yang akan terus ada dalam ingatan mereka.
2. Mengajar dengan kemerdekaan kelas
Mengajar dengan tegas namun memperhatikan nilai-nilai kemanusian akan saya lakukan, setelah mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara saya merasa mengajar dengan konsep lebih menghidupkan suasana kelas akan menjadi kebiasaan baru di kelas saya nantinya. Biasanya kelas senyap karena ketakutan terhadap guru, nantinya akan coba saya rubah dengan lebih mengedepankan bagaimana memberikan masukan dan dorongan kepada siswa untuk mengeluarkan potensi terbaiknya dalam mengikuti pembelajaran yang saya bawakan.
3. Menanamkan Karakter Baik Pada Anak Didik
Sekolah menjadi tempat anak mendapatkan ilmu pengetahuan sekaligus pendidikan karakter yang baik nantinya menjadi kebiasaan baik di tengah masyarakat. Berbicara sopan santun menjadi hal yang wajib terus kita ingatkan kepada anak didik, dengan kita sebagai teladan untuk memulainya.
Memberikan salam baik secara ucapan maupun perbuatan kita tanamkan kepada anak didik, sebagai guru sebelum memulai pelajaran ada baiknya mengarahkan untuk melakukan doa bersama dan mengucapkan salam kepada anak murid.
Karakter baik budaya senyum, salam, sapa dan hal positif lainnya harus menjadi kebudayaan baru di sekolah dimana guru menjadi teladan untuk memulainya. Saya pribadi akan terus berusaya melakukan budaya positif senyum, salam, sapa terhadap anak didik.
4. Meningkatkan Kompetensi Diri
Sebagai guru Peningkatan kompetensi diri menjadi suatu kewajiban kemajuan zaman akan terus berbanding lurus dengan perkembangan teknologi, sebagai pendidik mengikuti perkembangan teknologi mutlak di lakukan karena alangkah lucunya jika anak didik kita nantinya lebih mahir menggunakan teknologi dibandingkan kita.
Terus belajar menjadi tugas seorang guru, jika kita puas dengan apa yang ada saat ini maka peranan kita akan di gantikan teknologi nantinya. Maka meningkatkan kompetensi diri dengan terus belajar, mengikuti pelatihan-pelatihan serta lebih meningkatkan budaya literasi menjadi hal baru yang saya terapkan setelah mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara.
5. Lebih Taat Beribadah
Guru sebagai teladan akan di lihat karakternya oleh anak didik, menjadi guru memiliki tanggung jawab yang besar baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Guru yang baik adalah mampu menjadi pribadi yang baik, pribadi yang baik di cerminkan dari takwanya kita terhadap ajaran agama yang kita anut.
Ketakwaan dan ketaatan kita beribadah
akan menjadikan kita pribadi yang baik, pribadi yang mampu menginspirasi setiap
anak didik.
Akhirnya
semoga apa yang saya dapatkan dari mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara
dapat saya terapkan dan tujuan mulia pemerintah untuk memperbaiki dunia
pendidikan di Indonesia dengan program guru penggerak bisa terealisasi dengan
baik, Amin.