“Aha! Ketemu juga akhirnya!”
Teriakanku mengagetkan Kazumi
yang duduk di sudut meja perpustakaan. Buku yang dipegangnya hampir saja
terlepas.
“Bapak
cari apa, sih?”
Aku tidak segera menjawab
pertanyaan Kazumi. Kedua mataku masih fokus untuk melihat buku yang ku pegang. Buku
yang sudah lama ingin ku baca ternyata terletak di bagian belakang susunan buku
lemari perpustakaan sekolah tempat aku mengajar. Cover buku berwarna emas dengan balutan warna buku coklat
yang menarik menjadikan buku yang kupegang terlihat istimewa. Dengan menegakkan
kepala, aku menunjukkannya pada Kazumi.
“Ini yang Bapak cari, Zum!”
“Buku
Apa itu, Pak?”
Kazumi bertanya sambil menekuni
setiap huruf yang tertulis di cover buku. Aku melihatnya tersenyum saat dia
mengeja pelan, “Emotional Quality Manajement.”
Dia
pun menunjukkan wajah sedikit
kebingungan, “Wah buku tentang apa lagi itu, Pak?”
Aku mulai membuka penjelasan
tentang buku yang aku pegang. Sebuah buku yang didalamnya terdapat bagaimana
refleksi, Revisi dan Revitalisasi Hidup Melalui Kekuatan Emosi.
“Kazumi
Masih Bingung, Pak?”
Aku tersenyum tipis, “Makanya
dibaca bukunya, Zum. Meskipun kita sibuk dan waktu kita sedikit sisihkan waktu
untuk terus membaca buku, mulai sekarang banyak baca buku bertema motivasi
hidup ya biar kamu terus semangat”
Kazumi pun begitu penasaran dan
ingin tahu isi buku itu sebelum dia membacanya. Dia berkata coba pak ceritakan
sedikit tentang isi buku itu.
“Gitu ya, Zum. Sebelum
menceritakan isi buku ini kita bahas dulu mengenai pentingnya Budaya Antri,”
jawabku sambil melihat reaksi wajah kazumi.
“Memang ada hubungannya, Pak?”
“Ada
dong, jawabku tegas!”
Perlahan-lahan aku menjelaskan padanya bahwa apa pun buku
yang kita baca jika tidak kita terapkan dalam kehidupan maka tidak akan
memberikan manfaat. Budaya antri memiliki nilai pembelajaran kehidupan.
”Bapak pernah membaca artikel tentang budaya antri di negara Jepang,
negara yang maju di kawasan asia dan masyarakatnya sangat terkenal dengan
disiplin dan memiliki etos kerja yang baik. Kesuksesan masyarakat Jepang bukan
lahir begitu saja namun sejak usia dini pendidikan moral dan disiplin sudah di
ajarkan di Jepang, salah satunya budaya antri, sehingga wajar saat ini masyarakatnya
sudah terbiasa untuk hidup disiplin.”
Kazumi pun mengangguk-anggukkan kepala. Sepertinya dia telah
menyerap penjelasan awalku. Menyadari telah terbuka gerbang untuk menyerap
pengetahuan tambahan, aku pun semakin bersemangat untuk memberikan tambahan
pengetahuan tentang manfaat budaya antri.
“Wah penasaran jelasin dong Pak budaya antri kok bisa
meningkatkan disiplin ?”
Aku menganggukkan kepala kemudian menjelaskan
padanya tentang manfaat budaya antri.
“Dalam
budaya antri yang mengakar di masyarakat Jepang ada berbagai ajaran hidup.
Misalnya tentang management waktu. Agar bisa dilayani lebih cepat, maka harus
datang lebih awal sebelum antrian panjang. Jika datang terlambat ketika antrian
sudah panjang kemudian buru-buru minta dilayani, pertanda orang itu tidak punya
disiplin waktu yang baik.”
“Gitu
ya, Pak”
“Selain itu, orang Jepang paham
betul bahwa semakin tertib mereka mengantri, semakin cepat pula dilayani.
Antrian yang tertib memudahkan proses yang sedang berjalan. Semakin kacau dan
berebut sebuah antrian, maka semakin lama mereka mendapat pelayanan. Seharusnya
semua orang di dunia ini berpikir seperti ini.”
“Negara kita bisa Gak, Pak?” tanya Kazumi menatap kedalaman
mataku.
Aku
pun berusaha membalasnya dengan tatapan tajam. Sebuah tatapan yang kupercaya
akan membuat segala penjelasan mudah diterima.
“He he he. Bisalah, Zum. Kalau
ada keinginan semuanya bisa kita lakukan. Buktinya banyak orang hebat dengan
disiplin tinggi lahir di negeri ini seperti Pak Habibi Keren, kan?”
Kazumi menjawab singkat dan cepat, “Banget, Pak!”
Sesaat setelahnya, aku menjelaskan ada beberapa manfaat jika
kita menanamkan budaya antri sejak dini.
“Budaya antri mengajarkan kita belajar sabar sehingga
bisa mengendalikan emosi dan keinginan, bila belum waktunya maka harus menunggu
sampai tiba giliran kita. Kita belajar menghormati hak orang lain.
Mereka yang datang duluan berhak mendapat giliran lebih dulu sehingga tidak
semena-mena apalagi mengambil milik orang lain. belajar konsekuensi dari perbuatan. Bila ingin mendapat giliran lebih dulu maka harus datang lebih
dulu, oleh karena itu harus bangun lebih pagi, bersiap lebih cepat sehingga
bisa sampai lebih dulu dari orang lain. Kita belajar mengatur waktu.
Agar tidak terlambat maka kita akan mengatur waktu sebaik dan se-efisien
mungkin agar bisa mendapatkan antrian tidak paling belakang, misalnya mandi
tidak lama-lama, tidur tidak terlalu larut agar bisa bangun bagi dan sebagainya. jelasku sambil sedikit melihat isi buku
yang aku pegang.
“Ternyata
dengan antri banyak pelajaran ya, Pak?”
Aku berusaha menjelaskan dengan
bahasa semudah mungkin. Agar Kazumi bisa memahami betul manfaat budaya antri.
“Masih ada manfaat lainnya jika kita terbiasa antri,
Kita menjadi berpikir untuk melakukan sesuatu
selama mengantri seperti menghapal pelajaran, membaca buku, browsing internet,
bahkan bermain game pun tidak apa. Selanjutnya
kita belajar bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain yang
juga ikut mengantri. Kita belajar disiplin, tertib, rapi dan sopan
karena dalam mengantri tidak perlu mendorong-dorong sebab setiap orang pasti
akan mendapatkan gilirannya. kita belajar rasa malu karena kadang kala
ada orang-orang yang menyerobot antrian orang lain yang akan membawa
keributan/kericuhan sehingga hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita. Kita
belajar
berani, jika ada yang menyerobot antriannya atau antrian orang lain,
Kita dapat mencoba menegurnya karena hal tersebut merugikan orang lain. jelasku kemudian mengambil jeda.
“Kazumi menganggukkan
kepala kemudian berkata, “Wah lumayan banyak pelajaran yang bisa kita ambil
dari budaya antri, ya, Pak.”
“He he. Iya, Zum. Sebenarnya itulah yang dinamakan pendidikan karakter yang sering diajarkan di kelas tentang etika moral biasanya pelajaran Bapak Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan ada dibahas, Makanya mulai sekarang mari budayakan antri di tempat-tempat fasilitas umum biar kita dapat manfaatnya. Jawab ku.
Pertanyaan mengenai
manfaat budaya antri yang terlontar dari bibir Kazumi sepertinya sudah sedikit
terjawab. Mudah-mudahan jawaban demi jawaban yang ku berikan untuk memperkuat
pendidikan karakter pada remaja bisa di tularkan Kazumi ke teman-teman
sebayanya.
“Pak, Terima kasih ya
sudah menjelaskan tentang manfaat budaya antri, Kazumi banyak dapat pelajaran
hari ini dari Bapak.”
“ Ok Zum, Sudah
menjadi tugas Bapak untuk terus memberikan pengetahuan yang Bapak miliki kepada
kalian.
“Kazumi masuk kelas
duluan, ya, Pak”
“Assalamualaikum”
Pada akhirnya keberhasilan
sebuah pendidikan karakter itu tidak semudah membalikkan telapak tangan butuh
proses panjang dan berulang dilakukan agar menjadi sebuah kebiasan. Melihat generasi
bangsa Indonesia dimasa yang akan datang memiliki disiplin yang kuat dan memiliki
etos kerja yang baik akan menjadi kenyataan jika budaya pendidikan karakter
sudah ditanamkan sejak dini.