Kamis, 12 November 2020

Hikmah Kehidupan

Pendidikan Demokrasi Shalat Berjamaah



Dalam shalat berjamaah ada Imam dan ada makmum keduanya harus ada saat melaksanakan shalat berjamaah.
Shalat berjamaah ternyata jika kita maknai lebih dalam, ternyata bisa dijadikan rujukan dalam berdemokrasi hidup bernegara.

Imam kita ibaratkan pemimpin/presiden
Makmum Kita ibaratkan rakyat
Barisan di belakang imam kita ibaratkan wakil rakyat atau DPR

Saat sholat berjamaah Imam akan memimpin sholat, jika imam dalam memimpin shalat salah atau lupa dalam membaca ayat dalam sholat tugas dari makmum mengingatkan dan barisan terdepan yang membantu memperbaiki kesalahan imam tersebut.

Dengan mengucapkan Subhanallah terlebih dahulu. tidak boleh menyentuh imam atau menegur langsung dengan amarah. Atau makmum tidak boleh meninggalkan shalat dan membuat shalat berjamaah yang baru. 

Aturan main dalam shalat berjamaah ini sudah menjadi peraturan yang disepakati bersama yang tertuang dalam Al Qur'an dan hadits yang menjadi pedomannya.

Dalam menjalankan roda pemerintahan menerapkan konsep shalat berjamaah sangat baik dilaksanakan. Misalnya jika presiden salah tugas anggota dewan perwakilan rakyat yang mengingatkannya.

Dalam menegur menggunakan etika yang baik dengan bahasa yang sopan dan penuh penghormatan. Apapun yang ingin diperbaiki semuanya tidak boleh diluar dari peraturan dan Undang-Undang Dasar 1945 yang dijadikan pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan.

Saat sholat berjamaah makmum harus selalu mengikuti apa yang dilakukan imam. Agar selesainya shalat berjamaah dengan baik. Dan tujuan dari shalat tersebut tercapai.

Begitu jugalah hendaknya bernegara. Rakyat selalu mengikuti apa kata pemimpinnya agar tujuan negara mensejahterakan rakyat bisa tercapai.

Dalam shalat berjamaah Siapapun yang datang duluan memasuki mesjid boleh mengambil tempat terdepan. Yang datang belakangan mengambil posisi kosong yang masih tersedia.

Hal ini dalam kehidupan bernegara dan berdemokrasi mengajarkan kepada kita. Siapa saja rakyat di negara ini siapapun dia apapun latar belakangnya boleh menjadi pemimpin di negara ini. Dengan tetap mengedepankan kemampuan diri untuk jadi pemimpin.

Hal lain dalam shalat berjamah. Siapapun yang hadir bertemu satu dengan yang lain akan bersalaman sekalipun tidak saling kenal. 

Hal ini dalam hidup berdemokrasi dalam negara ini. Jika kita beda pendapat tetap saling menghormati. Menjunjung tinggi rasa persatuan sekalipun dalam perbedaan. Jangan karena beda pilihan dalam pemilu merusak jalinan rasa persaudaraan sebangsa dan setanah air.

Masih banyak hikmah lain dalam shalat berjamaah. Silahkan masing-masing menyimpulkan sendiri.

Terima kasih sudah membaca tulisan ini, mudah-mudahan ada manfaatnya bagi saya dan orang lain.

#Day4NovAISEIWritingChallenge



5 komentar:

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

  BUDI IDRIS S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara Jurnal Refleksi Dwi tayangan Modul ...