Kamis, 02 Juni 2022

Peningkatan Kualitas Pendidikan Dengan Menerapkan Pemikiran Ki Hajar Dewantara

 

Gambar Ki Hajar Dewantara sumber Guru Berbagi

Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara (Modul 1.1)
Oleh: Budi Idris S.Pd
CGP SMA Negeri 2 Kotapinang
Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Pendidikan salah satu cara untuk memperbaiki taraf hidup dan pembangunan suatu bangsa. Semakin baik pendidikan bangsa tersebut maka semakin baik pula keadaan masyarakatnya. Bicara tentang pendidikan terkhusus di Indonesia maka kita tidak akan pernah terlepas dari sosok Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Begitu banyak pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang bisa di jadikan rujukan bagi insan pendidik dalam melakukan praktek-praktek pendidikan yang langsung berkomunikasi dengan peserta didik. Guru menjadi ujung tombak keberhasilan pendidikan semakin baik kualitas guru maka semakin baik pula kualitas para peserta didik.

Sebagai seorang pendidik kita akan sangat familiar dengan pemikiran Bapak Pendidikan Indonesia yang kita kenal dengan nama Kihajar Dewantara, pemikiran beliau yang paling sering kita dengar yaitu ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani artinya di depan menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, di tengah mampu membangkitkan dan mengubah semangat dan di belakang mampu memberikan dorongan.

Menjadi guru suatu pekerjaan yang mulia dimana akan ada kepuasan tersendiri di saat kita mampu mengajar anak didik dan ikut mendampingi perjalanan kesuksesan mereka. Metode dan sudut pandang mengajar selama ini sangat mempengaruhi keberhasilan murid untuk mencapai cita-citanya.

Dalam kesempatan ini saya selaku guru yang sedang mengikuti pendidikan guru penggerak begitu antusias mengikuti program pemerintah untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia. Dalam kegiatan yang saya ikuti memahami pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan menjadi hal yang utama.

Setelah membaca modul tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara serta melakukan refleksi diri begitu banyak hal baru yang saya dapatkan. Sebelum mempelajari filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara ternyata begitu banyak penilaian saya yang salah terhadap anak murid, mempelajari filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara dan melakukan refleksi diri memunculkan kesadaran saya terhadap dunia pendidikan yang sebenarnya, akhirnya penerapan pemikiran Ki Hajar Dewantara menjadi hal penting yang harus dilakukan.

Apa yang Saya percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Saya mempelajari Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara ?

Selama ini saya pribadi merasa belum sepenuhnya bisa melakukan apa yang menjadi pemikiran Bapak Ki Hajar Dewantara, Kesabaran yang masih kurang terkadang menjadikan saya sebagai guru begitu arogan dengan memaksa anak didik duduk tertib dan diam saat mengikuti pelajaran yang saya lakukan. Murid layaknya seperti robot yang terus melakukan sesuatu dengan di perintah sehingga kemerdekaan pikiran dari para peserta didik sangat terjajah sekali.

Mengejar tuntutan kurikulum memaksa saya untuk menerapkan berbagai metode pelajaran yang saya dapat dengan tujuan akhir apa yang di kehendaki kurikulum bisa tercapai dan diakhir semester seluruh materi tersampaikan walaupun terkadang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam pemikiran saya tujuan setiap peserta didik adalah mencapai prestasi, pekerjaan utama sebagai guru adalah membimbing murid-murid hingga mencapai prestasi akademik yang membanggakan. Pada akhirnya nilai-nilai kemanusiaan tertinggi terabaikan akibat paradigma saya sebagai guru yang salah selama ini.

Begitu juga peran saya sebagai guru sangat terbatas sebagai guru saya hanya fokus mengajar dan mengabaikan fungsi guru sebagai pendidik.

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Saya setelah mempelajari Filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara? 

filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara di sekolah, yaitu: “Menuntun anak menemukan segala kodrat yang ada dalam diri anak sesuai kodrat alam dan kodrat zaman untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan sebesar-besarnya sebagai individu dan anggota masyarakat yang berbudi pekerti dan bertanggung jawab.” Dalam pemikiran ini mewujudkan “Merdeka Belajar” menjadi suatu kewajiban, secara pribadi saya tergerak untuk lebih memahami fungsi seorang guru bukan hanya sekedar mengajar tapi harus mampu menjadi pendidik.

Anak tumbuh sudah memiliki ciri khas masing-masing dan karakter yang menjadi karunia dari Tuhan, sebagai pendidik kita harus mampu menjaga dan menuntun karakter yang baik pada anak dan perlahan lahan menghapus karakter tidak baik dengan lebih mengedepankan dan menguatkan setiap karakter positif dari anak.

Pemikiran Kihajar Dewantara dalam dunia pendidikan sangat relevan dari zaman dahulu sampai saat ini, pendidikan harus mampu memberikan kebebasan yang bertanggung jawab kepada anak didik sehingga anak didik berkembang dengan semestinya, dalam pemikiran ki hajar dewantara beliau mengatakan guru ibarat seorang petani yang menyemai benih, bagaimanapun benih yang diberikan jika di rawat dengan baik akan memberikan hasil yang baik pula. Begitu juga guru tidak boleh membeda-bedakan peserta didik dengan memberikan kategori pintar dan bodoh. Seorang guru harus memberikan pelayanan dan pendampingan terbaik untuk menuntun anak didik meraih cita-citanya.

Guru yang di ibaratkan seperti petani yang menyemai benih tanaman, seorang petani jika ingin menanam bibit jagung maka akan tumbuh jagung dan tidak akan pernah tumbuh menjadi padi. Begitu juga seorang guru tidak akan bisa mengubah kodrat anak namun guru bisa merubah perilaku anak. Tingkah laku anak menjadi hal yang bisa di rubah oleh guru. Menguatkan karakter baik akan menenggelamkan karakter buruk pada anak.

Ketika berefleksi mengenai pemikiran filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara, bahwasanya tujuan pendidikan membawa keselamatan dan kebahagiaan anak di atas nilai akademik/kognitif. Saya berpikir lebih mendalam dan coba mencari cara-cara bagaimana sekiranya perilaku pelajar Indonesia bisa kembali diingatkan pada anak-anak dengan pendekatan yang humanis bukan dengan pendekatan memberikan rasa takut kepada anak.

Pemikiran filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara selanjutnya yang begitu luar biasa dimana seorang “Guru wajib menghamba pada anak” seorang guru atau pendidik dalam rangka menuntun anak mencapai kodratnya sesuai dengan kodrat alam potensi dan bakat sesuai dengan kodrat zaman (perkembangan/kemajuan zaman), ketulusan melayani dan menghargai anak sebagai manusia yang memiliki nilai harkat dan martabat yang di ciptakan oleh Tuhan. Jangan pernah kita terjebak dengan melihat anak dari tingkah lakunya yang sedang di luar hal yang lazim seperti yang kita harapkan.  Refleksi diri mencari cara humanis untuk membangun kesadaran dan tuntunan humanis tanpa paksaan dan ancaman agar murid-murid memiliki sopan santun memiliki kepribadian yang baik lingkup sekolah dan pada akhirnya bisa di terapkan saat  terjun di tengah-tengah masyarakat.

Guru harus mampu menjadi pemeran dalam setiap posisi yang di berikan meneladani pemikiran Ki Hajar Dewantara yang sering kita dengar yaitu ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani artinya di depan menjadi seorang pemimpin harus mampu menjadi suri tauladan, di tengah mampu membangkitkan dan mengubah semangat dan di belakang mampu memberikan dorongan, begitulah posisi hebat seorang guru di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Apa yang dapat segera Saya terapkan lebih baik agar kelas Saya, mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara ?

Dari pemikiran filosofis kihajar dewantara kita dapat memaknai pendidikan pada dasarnya harus mampu memberikan ilmu pengetahuan sekaligus mampu membangun karakter anak didik, menjadi guru tidak hanya sekedar menjadi pengajar tapi harus mampu sebagai pendidik. Pengajar hanya berfokus memberikan ilmu pengetahuan sedangkan pendidik selain memberikan ilmu pengetahuan juga berperan memberikan bimbingan bagaimana penguatan karakter anak didik yang pada puncaknya menjadikan anak didik menjadi orang baik.

Begitu banyak hal baru yang akan saya terapkan setelah mempelajari filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara diantaranya.

1.      Mengakrabkan diri dengan anak

 Jika kita telaah secara mendalam filosofis Pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam menghadapi anak didik, guru harus mampu merebut hati setiap murid jika guru sudah mampu membangun kedekatan dengan murid maka ilmu pengetahuan yang akan kita sampaikan akan mudah di cerna anak didik.

Kedekatan yang di bangun antara guru dan murid akan memunculkan ikatan emosional yang luar biasa nantinya, setelah anak didik lulus dan berada di tengah-tengah masyarakat dengan berbagai profesi yang mereka geluti, guru yang membimbing mereka akan terus di ingat dan akan menjadi keluarga yang akan terus ada dalam ingatan mereka.


2.      Mengajar dengan kemerdekaan kelas

Mengajar dengan tegas namun memperhatikan nilai-nilai kemanusian akan saya lakukan, setelah mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara saya merasa mengajar dengan konsep lebih menghidupkan suasana kelas akan menjadi kebiasaan baru di kelas saya nantinya. Biasanya kelas senyap karena ketakutan terhadap guru, nantinya akan coba saya rubah dengan lebih mengedepankan bagaimana memberikan masukan dan dorongan kepada siswa untuk mengeluarkan potensi terbaiknya dalam mengikuti pembelajaran yang saya bawakan.


3.      Menanamkan Karakter Baik Pada Anak Didik

Sekolah menjadi tempat anak mendapatkan ilmu pengetahuan sekaligus pendidikan karakter yang baik nantinya menjadi kebiasaan baik di tengah masyarakat. Berbicara sopan santun menjadi hal yang wajib terus kita ingatkan kepada anak didik, dengan kita sebagai teladan untuk memulainya.

Memberikan salam baik secara ucapan maupun perbuatan kita tanamkan kepada anak didik, sebagai guru sebelum memulai pelajaran ada baiknya mengarahkan untuk melakukan doa bersama dan mengucapkan salam kepada anak murid.

Karakter baik budaya senyum, salam, sapa dan hal positif lainnya harus menjadi kebudayaan baru di sekolah dimana guru menjadi teladan untuk memulainya. Saya pribadi akan terus berusaya melakukan budaya positif senyum, salam, sapa terhadap anak didik.

4.      Meningkatkan Kompetensi Diri

Sebagai guru Peningkatan kompetensi diri menjadi suatu kewajiban kemajuan zaman akan terus berbanding lurus dengan perkembangan teknologi, sebagai pendidik mengikuti perkembangan teknologi mutlak di lakukan karena alangkah lucunya jika anak didik kita nantinya lebih mahir menggunakan teknologi dibandingkan kita.

Terus belajar menjadi tugas seorang guru, jika kita puas dengan apa yang ada saat ini maka peranan kita akan di gantikan teknologi nantinya. Maka meningkatkan kompetensi diri dengan terus belajar, mengikuti pelatihan-pelatihan serta lebih meningkatkan budaya literasi menjadi hal baru yang saya terapkan setelah mempelajari filosofis  Ki Hajar Dewantara.

5.      Lebih Taat Beribadah

Guru sebagai teladan akan di lihat karakternya oleh anak didik, menjadi guru memiliki tanggung jawab yang besar baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Guru yang baik adalah mampu menjadi pribadi yang baik, pribadi yang baik di cerminkan dari takwanya kita terhadap ajaran agama yang kita anut. 

Ketakwaan dan ketaatan kita beribadah akan menjadikan kita pribadi yang baik, pribadi yang mampu menginspirasi setiap anak didik.

Akhirnya semoga apa yang saya dapatkan dari mempelajari filosofis Ki Hajar Dewantara dapat saya terapkan dan tujuan mulia pemerintah untuk memperbaiki dunia pendidikan di Indonesia dengan program guru penggerak bisa terealisasi dengan baik, Amin.

 

 

 

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

  BUDI IDRIS S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara Jurnal Refleksi Dwi tayangan Modul ...