BUDI IDRIS S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara
Jurnal Refleksi Dwi tayangan
Modul 1.3 ini saya buat dengan menerapkan model DEAL (Description,
Examination and Articulation of Learning) yang dikembangkan oleh
Ash dan Clayton (2009).
Description
Pada modul 1.3 ini saya mempelajari tentang bagaimana membuat
gambaran tentang murid impian. Pembelajaran ini dimulai dengan sebuah
refleksi pada alur mulai dari diri. Disini kita diminta untuk
menggambarkan bagaimana murid impian kita di masa depan kurun waktu 5 atau 10
tahun ke depan. Pada tugas ini saya memimpikan murid saya adalah pribadi yang Berakhlak mulia,
saling bergotong-royong, empati dan peduli terhadap sesama, menjadi manusia
yang Ramah, Aktif dan kreatif sebagai
bekal kompetensi diri sendiri menjadi seorang pribadi yang mampu dan mau
mengembangkan segala potensi yang diinginkan namun tetap dilandasi dengan
profil pelajar pancasila.
Dari gambaran murid impian itu Saya juga menjabarkan
menjasi rumusan visi yang saya impikan di pakai oleh sekolah tentang murid
impian yaitu Terwujudnya Insan Yang
Membudayakan Karakter (5 S) Senyum, Salam, Sapa, Sopan Dan Santun
Sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Visi yang saya rumuskan agar mudah
untuk diingat, dipahami karena visi adalah tujuan jangka panjang.
Pada tahap eksplorasi konsep ada hal menarik yang
saya dapatkan yaitu saat kita diminta untuk berlatih
membuat pertanyaan BAGJA ( Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali Mimpi,
Jabarkan rencana, Atur Eksekusi) berdasarkan pengalaman kita di sekolah.
Saat itu saya mengangkat sebuah prakarsa perubahan “Mewujudkan Insan yang Membudayakan
Karakter (5 S) Senyum, Salam, Sapa, Sopan Dan Santun. “.
Saya sangat senang saat membuat Alur BAGJA ini karena tergambar
jelas bagaimana perjuangan saya untuk mewujudkan visi saya sebagai guru
Penggerak. Ruang kolaborasi adalah salah satu alur yang paling
saya tunggu-tunggu karena saya dapat bertatap muka dengan teman-teman
CGP yang lainnya dan tentunya mendapat motivasi dari Bapak Dayah
sebagai fasilitator kami. Pada sesi diskusi kelompok saya memaparkan
Visi yang saya buat, saya juga menjelaskan mengapa visi ini saya
anggap penting dan apa alasan saya membuat Visi tersebut. Pada visi
tersebut saya berusaha menjelaskan gambaran bahwa setiap anak yang
terlahir ke dunia ini memiliki kelebihan dibalik segala kekurangan yang
tampak oleh mata dan tugas kita sebagai guru adalah menuntun segala potensi
yang ada pada anak tersebut bukan
sesuai dengan keinginan kita . Ada nilai-nilai kebajikan yang termuat dalam
visi yaitu mewujudkan profil pelajar Pancasila. Pastinya untuk mewujudkan visi
tersebut diperlukan prakarsa perubahan dan dirancang suatu tindakan perubahan
dengan menggunakan model inkuiri apresiatif (IA) dengan tahapan BAGJA
Berdasarkan
diskusi dengan teman-teman dan masukan dari pak Darmanun selaku fasilitator,
akhirnya saya bisa memahami cara membuat prakarsa perubahan dengan bantuan
kanvas BAGJA. Pada tugas demontrasi kontekstual, saya membuat sebuah
prakarsa perubahan yang akan saya terapkan di kelas yaitu “Mewujudkan Peserta Didik Yang Membudayakan Karakter (5 S) Senyum, Salam,
Sapa, Sopan Dan Santun”
Pemahaman saya tentang merumuskan visi dan membuat perubahan
prakarsa dengan inkuisri apresiatif alur BAGJA semakin tercerahkan setelah saya
mengikuti sesi elaborasi dengan instruktur, saya semakin paham bahwa
visi itu dirumuskan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai atau gambaran
murid impian dimana visi ini hendaknya memuat dimensi profil pelajar pancasila
Examination
Pada modul 1.3 ini kita diajak untuk belajar merumuskan suatu
visi atau cita-cita yang kita impikan tentang murid, kemudian cita-cita
tersebut kita susun untuk diwujudkan menjadi sebuah aksi nyata di kelas
dengan sebuah prakarsa perubahan yang disusun dengan menggunakan
model inkuiri apresiatif alur BAGJA . Pengalaman
menyusun pertanyaan BAGJA ini adalah hal baru bagi saya dan luar
biasa bagi saya dan tentunya sangat bermanfaat. Selama ini saya memang
punya mimpi tentang siswa tetapi mimpi itu tidak terwujud dengan baik karena
tidak mempunyai prakarsa perubahan. Saya hanya menunggu , padahal untuk
mencapai tujuan yang kita impikan maka harus mulai dari diri untuk Bergerak.
Kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bergerak jika kita tidak mulai untuk
bergerak. Sebuah video yang ditampilkan oleh ibu Anastasia Moertodjo
tentang keberanian anak kecil untuk turun pohon yang tumbang di
tengah jalan telah menjadi inspirasi, bahwa saya harus berani masuk dalam
lingkaran pengaruh agar orang-orang yang ada di sekitar saya tergerak
untuk mengubah cara mendidik murid yaitu dengan cara menuntun bukan
menuntut. Kita harus bergerak menjadi pelopor perubahan sehingga orang lain
agar ikut tergerak untuk melakukan perubahan bersama-sama.
Articulation
of Learning
Pada tahap ini saya mempelajari Cara mewujudkan Visi impian dan
melakukan proses perubahan dengan menggunakan pendekatan atau paradigma inkuiri
Apresiatif (IA) yang dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider &
Whitney, 2005; Noble & McGrath,2016)
Inkuiri Apresiatif (IA) merupakan pendekatan kolaboratof
berbasis kekuatan yang bertujuan untuk melakukan perubahan yang membawa
perbaikan dalam suatu sistem missal di sekolah dalam lingkup kecil yaitu di
kelas. Manajemen perubahan yang saya lakukan adalah dengan menyusun tindakan
menggunakan Tahapan BAGJA dengan berbasi kekuatan atau potensi yang ada.
Dari pembelajaran tersebut saya merencanakan ke dalam aksi nyata
saya di kelas dan di sekolah mewujudkan visi impian dengan merumuskan prakarsa
perubahan yang saya fokuskan pada pembiasaan dan pembelajaran model
pembelajaran yang berpusat pada murid. Pembiasaan atau budaya positif yang
dapat menumbuhkan insan yang Yang Membudayakan Karakter (5 S) Senyum, Salam,
Sapa, Sopan Dan Santun disamping pembiasaan untuk menumbuhkan
nilai-nilai itu juga bisa dilakukan dengan pembelajaran yang dapat menumbuhkan
sikap Bergerak sesuai Visi yang saya buat.