Selasa, 11 Oktober 2022

2.3.a.8. Koneksi Antarmateri - Modul 2.3 " COACHING "

 

Logo guru penggerak Indonesia
 


Ditulis Oleh : Budi Idris S.Pd

Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Kotapinang

Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan


Salam guru penggerak Indonesia

Tanpa terasa Pendidikan Guru Penggerak yang saya ikuti sudah berjalan setengah dari total kegiatan belajar yang akan di ikuti, kali ini materi pendidikan yang dilakukan dalam lanjutan pendidikan guru penggerak sudah memasuki Coaching untuk Supervisi Pendidikan.

Coaching sendiri secara sederhana memiliki makna coaching diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan orang yang berpengalaman (coach) membantu orang yang belajar (coachee) dalam mengembangkan keterampilan dan kepribadiannya untuk meraih kesuksesan. Kemudian menurut International Coaching Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai kemitraan dengan klien dalam suatu proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi klien agar dapat memaksimalkan potensi pribadi dan profesional coachee

Secara sederhana coaching membantu guru untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi rekan sejawat, peserta didik dan warga sekolah lainnya. Coaching sendiri menurut saya pribadi menjadi solusi untuk memajukan pendidikan di negeri ini.

Begitu banyak persoalan yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pendidikan sehingga selaku calon guru penggerak yang nantinya menjadi garda terdepan menggerakkan pendidikan menuju arah yang lebih baik, keterampilan coaching harus di kuasai guru penggerak sehingga tujuan guru penggerak akan tercapai.

Pelatihan coaching dalam pendidikan guru penggerak yang saat ini yang saya lakukan memberikan pengalaman baru sekaligus memberikan tambahan pengetahuan saya bagaimana membantu rekan sejawat dengan keterampilan kita bertanya dan mengekplorasi kemampuan orang yang sedang melakukan coaching kepada kita sehingga persoalan teratasi hanya dengan berdialog dan bercerita.

Kedepannya setelah pembelajaran coaching ini saya akan terus meningkatkan keterampilan coaching saya dengan terus belajar bagaimana memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bermanfaat dan mendukung keterampilan coaching di saat saya menjadi coach.

Untuk lebih memahami proses coaching penting kita untuk mengetahui hal-hal mendasar dalam kegiatan coaching yang akan kita lakukan.

Paradigma Berpikir Coaching

Dalam kegiatan coaching agar berhasil dan tujuan coaching tercapai kita harus memahami 4 hal sebagai paradigma berpikir yaitu

1.    Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan

Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau rekan sejawat yang akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka.

2.    Bersikap terbuka dan ingin tahu

Paradigma berpikir yang kedua adalah bersifat terbuka dan ingin tahu. Kita perlu berpikiran terbuka terhadap pemikiran-pemikiran rekan sejawat yang kita kembangkan. Ciri-ciri dari sikap terbuka dan ingin tahu ini adalah:

a)    berusaha untuk tidak menghakimi, melabel, berasumsi, atau menganalisis pemikiran orang lain;

b)   mampu menerima pemikiran orang lain dengan tenang, dan tidak menjadi emosional;

c)    tetap menunjukkan rasa ingin tahu (curiosity) yang besar terhadap apa yang membuat orang lain memiliki pemikiran tertentu. 

Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. Jika ada penghakiman atau asumsi yang muncul di pikiran kita atas jawaban rekan kita, maka kita mengubah pikiran tersebut dalam bentuk pertanyaan untuk mengonfirmasi penghakiman atau asumsi itu secara hati-hati.

3.    Memiliki kesadaran diri yang kuat

Paradigma berpikir coaching yang ketiga adalah memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat. Kita perlu mampu menangkap adanya emosi/energi yang timbul dan mempengaruhi percakapan, baik dari dalam diri sendiri maupun dari rekan kita.

4.    Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Paradigma berpikir coaching yang keempat adalah mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa diubah adalah masa depan. Coaching juga mendorong seseorang untuk fokus pada solusi, bukan pada masalah, karena pada saat kita berfokus pada solusi, kita menjadi lebih bersemangat dibandingkan jika kita berfokus pada masalah.

Agar rekan sejawat kita bisa melihat peluang baru dan fokus pada masa depan, kita dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada mereka:

a)    Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan situasi Bapak/Ibu saat ini, lantas situasi ideal apa yang Bapak/Ibu inginkan di masa depan?

b)   Tadi Bapak/Ibu sudah ceritakan tantangan/masalah yang Bapak/Ibu hadapi saat ini, lantas idealnya situasinya seperti apa?

c)    Apa saja yang bisa dijadikan pilihan untuk dapat mewujudkan situasi ideal tersebut?

d)    Ada peluang apa saja yang dimiliki?

e)     Apa yang perlu dilakukan untuk dapat memiliki peluang-peluang baru?

Prinsip Coaching

1.    Kemitraan

Prinsip coaching yang pertama adalah kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.

Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara keduanya. Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior, dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda, lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.

Kemitraan dalam mengembangkan rekan sejawat, juga ditunjukkan dengan cara mengedepankan tujuan rekan yang akan kita kembangkan. Tujuan pengembangan ditetapkan oleh rekan yang yang akan dikembangkan, bukan oleh kita, yang akan membantu pengembangan tersebut. Mengapa? Dengan demikian, harapannya rekan yang kita kembangkan akan lebih merasa termotivasi dan berkomitmen dalam prosesnya.

Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk membangun kemitraan ini adalah sebagai berikut:

1.    Apa yang ingin Bapak/Ibu kembangkan dalam enam bulan ke depan?

2.    Apa yang ingin Bapak/Ibu capai di akhir semester/tahun pelajaran ini?

3.    Di antara standar proses pembelajaran yang kita miliki, bagian mana yang menurut Bapak/Ibu paling perlu Bapak/Ibu tingkatkan/kembangkan?

 

2.    Proses Kreatif

prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang:

a)    dua arah 

b)   memicu proses berpikir coachee

c)    memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru

Pada saat kita menggunakan prinsip coaching dalam mengembangkan kompetensi diri rekan sejawat, maka percakapan yang berlangsung adalah dua arah. Yang kita lakukan adalah mendengarkan rekan kita dan kemudian melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan kita untuk lebih memahami situasi dirinya, situasi ideal yang dia inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa dia dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang dia inginkan. 

Prinsip ini dapat membantu seseorang untuk menjadi otonom karena dalam prosesnya orang yang dikembangkan perlu untuk berpikir ke dalam dirinya untuk mendapat kesadaran diri akan situasinya dan kemudian menemukan langkah-langkah apa yang perlu dilakukan untuk mengembangkan kompetensi dirinya.

3.    Maksimalkan Potensi

Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.

Pertanyaan yang bisa dilontarkan oleh kita kepada rekan sejawat kita untuk bergerak maju adalah sebagai berikut:

o        Jadi apa yang akan Bapak/Ibu lakukan setelah sesi ini dari alternatif-alternatif tadi?

o        Kapan Bapak/Ibu akan melakukannya?

o        Bagaimana Bapak/Ibu memastikan ini bisa berjalan?

o        Siapa yang perlu dimintai dukungan?

Demikianlah tadi bagaimana dan apa itu proses coaching yang dilakukan guru dilingkungan sekolah. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi saya sebagai guru di SMA Negeri 2 Kotapinang dan bermanfaat bagi para pembaca tulisan ini, amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

  BUDI IDRIS S.Pd, Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara Jurnal Refleksi Dwi tayangan Modul ...